Maria berkata :
Aku tidak tahu awal mulanya bagaimana. Tiba-tiba saja aku berada dalam alam yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Dari kejauhan aku melihat istana megah hijau bersinar-sinar. Aku datang kesana , Aku belum pernah melihat istana yang luasnya tidak terkira, indahnya tiada pernah terpikir dalam benak manusia. Luar biasa indahnya. Ia memiliki banyak pintu. Dari jarak sangat jauh aku sudah bisa mencium wanginya. Aku melihat banyak manusia berpakaian indah masuk satu persatu ke dalamnya lewat sebuah pintu yang tiada terbayangkan indahnya.
“Kepada mereka aku bertanya, ‘Istana yang luar biasa indahnya ini apa ?’ Mereka menjawab, ‘ini SURGA’! Hatiku bergetar. Dari pintu yang yang terbuka itu aku bisa sedikit melihat apa yang ada dalamnya. Sangat menakjubkan. Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan. Tak ada pikiran yang bisa melukiskan. Aku sangat tertarik maka aku ikut barisan orang-orang yang satu persatu melangkah masuk kedalamnya. Ketika kaki mau melangkah masuk seorang penjaga dengan senyum menawan berkata padaku, ‘ Maaf,Anda tidak boleh lewat pintu ini, Ini Babush Shalat. Pintu khusus yang menjalankan Shalat. Dan anda tidak termasuk golongan mereka’ ! Aku sangat kecewa.
Aku lalu berjalan ke sisi yang lain. Disana ada pintu yang juga sedang penuh dimasuki manusia berpakaian indah. seorang penjaga yang ramah berkata, ‘Maaf,Anda tidak boleh lewat pintu ini, Ini Babur Rayyan. Pintu khusus bagi orang-orang yang berpuasa. Dan anda tidak termasuk golongan mereka ! Aku sangat sedih. Hatiku Kecewa luar biasa.
Aku melihat dari kejauhan masih ada pintu lain. Aku berjalan kesana dengan harapan aku bisa masuk lewat sana. Namun ketika hendak masuk seorang penjaga yang wajahnya bercahaya berkata, ‘Maaf,Anda tidak boleh lewat pintu ini, Ini
Babuz Zakat’ Pintu khusus bagi orang-orang yang menunaikan Zakat. Dan anda bukanlah golongan dari mereka’. Ada banyak pintu namun setiap kali aku mencoba masuk, Aku selalu dicegah oleh penjaganya.
“Sampai dipintu terakhir namanya Babut Taubah. Aku juga tidak boleh masuk Karena itu khusus bagi orang-orang yang Taubatnya diterima Allah. Dan aku tidak termasuk dari golongan itu. Aku kembali ke pintu-pintu sebelumnya. Semuanya tertutup rapat. Orang-orang sudah masuk semua. Hanya aku sendirian diluar Aku menggedor-gedor pintu yang bernama Babur Rahmah. Tak ada yang membuka.(Imam Syamsudin Al-Qurthubi (w.671 H) dalam kitabnya At tadzkirah banyak menjelaskan tentang deskripsi surga sesuai yang dijelaskan dalam Hadits-hadits Nabi, termasuk jumlah pintu surga dan nama-namanya)
‘Aku hanya mendengar suara, ‘Jika kau memang penghuni Surga kau tidak perlu mengetuknya karna kau pasti punya kuncinya. Bukalah pintu-pintu dengan kunci surga yang kau miliki.’ Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak memiliki kuncinya. Aku berjalan dari pintu ke pintu lainnya. Dengan air mata menetes di sepanjang jalan. Aku putus asa. Aku tergugu di depan pintu Babur Rahmah. Aku mengharu biru kepada Tuhan. Aku ingin menarik belas kasih-Nya dengan membaca ayat-ayat sucinya. Yang kuhafal adalah surat Maryam yang tertera pada Al-Quran. Dengan mengharu biru aku membacanya dengan penuh penghayatan.
“Selesai membaca surat Maryam aku melanjutkannya dengan surat Thaha. Sampai ayat 99 aku terhenti karena pintu Babur Rahmah terbuka perlahan seorang perempuan yang luar biasa anggun dan sucinya keluar mendekatiku dan berkata, Aku Maryam (Bunda Maria), Yang baru saja kausebut dalam ayat ayat suci yang baru saja kau baca. Aku diutus oleh Allah untuk menemuimu. Dia mendengar haru biru tangismu. Apa maumu ?
‘Aku ingin masuk surga, Bolehkah ?’
‘Boleh, Surga memang diperuntukkan untuk Hamba-hamba-NyaTapi kau harus
tahu Kuncinya?’
‘Apa itu Kuncinya ? ‘
‘Nabi pilihan Muhammad SAW , telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah
kau tidak mengetahuinya ?’
‘Aku tidak mengikuti ajarannya.’
‘Itulah Salahmu!’
Kau tidak akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk penuh ikhlas akan ajaran Nabi yang paling dikasihi Allah ini. Sebenarnya aku datang kemari untuk memberitahu kepadamu kunci surga. Tapi karna kau sudah menjaga jarak dengan Muhammad SAW , maka aku tidak diperkenankan untuk memberitahukan kepadamu.
“Bunda Maryam lalu membalikkan badan dan hendak pergi. Aku langsung menubrukkan badan dan langsung bersimpuh di kakinya. Aku menangis tersedu sedu. Memohon Agar diberitahu kunci surga itu, ‘Aku hidup hanya untuk mencari kerelaan Tuhan. Aku ingin masuk surga hidup bersama-sama dengan orang-orang yang beruntung. Bunda Maryam tolonglah aku. Berilah aku kunci itu. ! Aku tidak mau merugi selama-lamanya. Aku terus menangis sambil menyebut-nyebut nama Allah. ”Akhirnya Hati Bunda Maryam luluh. Dia duduk dan mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang. ‘Maria dengarkan baik baik ! Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kunci masuk surga. Dia bersabda, Barang siapa berwudhu dengan baik, kemudian mengucapkan: Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammaddan abduhu wa rasuluh (aku bersaksi tiada tuhan selain allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.)Maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan dia boleh masuk yang mana ia suka!.
“Jika kau ingin masuk surga, lakukanlah apa yang diajarkan oleh Nabi pilihan Allah itu. Dia nabi yang tidak pernah berbohong, dia nabi yang semua ucapannya benar.itulah kunci surga.! Dan ingat Maria, kau harus melakukannya dengan penuh keimanan dalam hati, bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.Tanpa keimanan itu, yang kau lakukan itu sia-sia. Sekarang pergilah untuk berwudhu. Dan cepat kembali kemari, dan aku akan menunggumu disini, kita nanti masuk bersama. Aku akan membawamu ke surga Firdaus , tempat para anbiya, syuhada, shalihiin. Dan orang-orang yang dimuliakan oleh tuhan-Nya.!
“Setelah mendengar nasihat dari Bunda Maryam, aku lalu mencari air untuk wudhu. Aku berjalan kesana kemari namun tidak juga menemukan air. aku terus menyebut nama Allah.Akhirnya aku terbangun dengan hati yang sedih. Aku ingin masuk surga. Aku ingin masuk surga. Aku ingin ke sana, Bunda Maryam menungguku di Babur Rahmah. Itulah kejadian yang aku alami.
Dikutip dari novel “Ayat Ayat Cinta” oleh Habibburahman El Shirazy. hal.398 paragraf 5 s/d hal 401 paragraf 3 .